MAKALAH BK-PENGERTIAN SEJARAH DAN URGENSI BK

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING

PENGERTIAN,SEJARAH DAN URGENSI BK DI SEKOLAH

 

 


 

 

Dosen Pembimbing : Frendi Fernando,S.Pd.,MA

 

Disusun Oleh :

Rizki Faozi

 

 

 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUFYAN TSAURI

Jl.KH.Sufyan Tsauri Po Box 18 Telp. (0280) 623562 Cigaru,Majenang.

 

 


DAFTAR ISI

 

BAB I :    PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang....................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 4

BAB II :  PEMBAHASAN

A.  Pengertian bimbingan dan konseling...................................................................... 5

B.   Sejarah bekembangnya bimbingan dan konseling di sekolah................................ 7

C.   Landasan hukum bimbingan dan konseling........................................................... 10

D.  Urgensi bimbingan dan konseling di sekolah......................................................... 10

BAB III : PENUTUP

A.   Kesimpulan............................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.   LATAR BELAKANG

      Upaya pengembangan manusia tidak lain adalah upaya mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu dalam seluruh dimensi kemanusiaanya agar dirinya menjadi manusia yang seimbang antara kehidupan individu dan sosial. Bimbingan Konseling sebagai bagian yang terpisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan merupakan upaya yang memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkungan secara positif dan dinamis, serta mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuia dengan peran yang diinginkannya dimasa depan.

     Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimasukkan agar peserta didik mengenal lingkungan secara obyektif, baik lingkungan social maupun lingkungan fisik, dan menerima berbagai lingkungan itu dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan dengan mengenal lingkungan social dapat menunjang proses penyesuaian peserta didik dan memanfaatkan sebesar-besarnya untuk pengembangan diri secara mantap dan berkelanjutan.
Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut masa depan pendidikan, karir, budaya, dan keluarga.

     Sedangkan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan disekolah tiada lain adalah untuk menunjang pengembangan potensi para siswa secara utuh dan menyeluruh. Oleh karena itu, agar layanan bimbingan dan konseling dapat menunjang secara penuh perkembangan siswa, maka layanan itu harus diselenggarakan secara professional, dengan berpedoman kepada rambu-rambu tertentu, yang dituangkan dalam program yang lengkap, sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing.

B.   RUMUSAN MASALAH

a.        Apa pengertian bimbingan dan konseling ?

b.        Bagaimana sejarah berkembangnya BK di sekolah ?

c.        Bagaimana urgensi BK disekolah ?

C.   TUJUAN PENULISAN

a.        Untuk mengetahui pengertian bimbingan dan konseling

b.        Untuk mengetahui sejarah berkembangnya BK di sekolah

c.        Untuk mengetahui urgensi BK di sekolah

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bimbingan  Dan Konseling

1.      Pengertian Bimbingan

Secara etimologis, kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata“guidance”yang berasal dari kata kerja”to guide”, yang mempunyai arti”menunjukkan”,“membimbing”,“menuntun”, ataupun  “membantu” . Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.[1]

Pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli memberikan pengertian yang saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu, untuk memahami pengertian bimbingan, perlu dipertimbangkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli berikut:

a.       Menurut Frank Parson, 1951 bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan, serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.

b.      Menurut Chiskolm, bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.

c.       Menurut Bernard dan Fullmer, bahwa kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu.

d.      Prayitno dan Erman Amti mengemukakan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Tujuannya adalah orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

   Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan pada prinsipnya merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2.      Pengertian Konseling

Secara etimologi, berasal dari bahasa latin, yaitu consilium ( dengan atau bersama), yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Dalam bahasa Anglo Saxon, istilah konseling berasal dari sellan, yang berarti menyerahkanatau menyampaikan.Berikut ini beberapa definisi konseling yang disusun oleh mereka yang ahli dibidang tersebut:

a.       Menurut Burks dan Stefflre, bahwa konseling mengindikasikan hubungan profesional antara konselor telatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individu ke individu, walaupun terkadang melibatkan lebih dari satu orang.

b.      Menurut Shertzer dan Stone ,konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dengan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.

c.       Carl Rogers, seorang psikolog humanistik terkemuka, berpandangan bahwa konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien.

         Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian dari bimbingan dan konseling adalah proses hubungan tatap muka yang dilakukan oleh seorang konselor dengan klien yang bersifat rahasia guna untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh seorang klien atau konseli. Dengan demikian, bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang konselor kepada anak didik agar dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertindak dengan baik sesuai dengan perkembangan jiwanya

B.     Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di sekolah

     Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 &; 24 Agustus 1960.

    Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 berdiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.

      Kurikulum 1975 berisi layanan Bimbingan dan Konseling sebagai salah satu dari wilayah layanan dalam sistem persekolahan mulai dari jenjang SD sampai dengan SMA, yaitu pembelajaran yang didampingi layanan Manajemen dan Layanan Bimbingan dan Konseling. Pada tahun 1976, ketentuan yang serupa juga diberlakukan untuk SMK. Dalam kaitan inilah, dengan kerja sama Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang, pada tahun 1976 Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan pelatihan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling untuk guru-guru SMK yang ditunjuk.

    Tindak lanjutnya memang tidak diketahui perkembangannya, karena para kepala SMK kurang memberikan ruang gerak bagi alumni pelatihan Bimbingan dan Konseling tersebut untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling sekembalinya mereka ke sekolah masing-masing. Dan dengan penetapan jurusan yang telah pasti sejak kelas I SMK, memang agak terbatas ruang gerak yang tersisa, misalnya untuk melaksanakan layanan bimbingan karier. Meskipun ketentuan perundang-undangan belum memberikan ruang gerak, akan tetapi karena didorong oleh keinginan kuat untuk memperkokoh profesi konselor, maka dengan diplopori oleh para pendidik konselor yang bertugas sebagai tenaga akademik di beberapa LPTK,  pada tanggal 17 Desember 1975 di Malang didirikanlah Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), yang menghimpun konselor lulusan Program Sarjana Muda dan Sarjana yang bertugas di sekolah dan para pendidik konselor yang bertugas di LPTK, di samping para konselor yang berlatar belakang bermacam - macam yang secara de facto bertugas sebagai guru pembimbing di lapangan.
Ketika  ketentuan  tentang Akta Mengajar  diberlakukan, tidak ada ketentuan tentang ”Akta Konselor”. Oleh karena itu, dicarilah jalan ke luar yang bersifat ad hoc agar konselor lulusan program studi Bimbingan dan Konseling juga bisa diangkat sebagai PNS, yaitu dengan mewajibkan mahasiswa program S-1 Bimbingan dan Konseling untuk mengambil program minor sehingga bisa mengajarkan 1 bidang studi. Dalam hal itu IPBI tetap mengupayakan kegiatan peningkatan profesionalitas anggotanya antara lain dengan menerbitkan Newsletter sebagai wahana komunikasi profesional meskipun tidak mampu terbit secara teratur, di samping mengadakan pertemuan periodik berupa konvensi dan kongres.

    Untuk jenjang SD, pelayanan bimbingan dan konseling belum terwujud sesuai dengan harapan, dan belum ada konselor yang diangkat di SD, kecuali mungkin

di sekolah swasta tertentu, tetapi pelaksanaan bimbingan dilakukan secara inplisit dalam program pendidikan. Untuk jenjang sekolah menengah, posisi konselor diisi seadanya termasuk, ketika SPG di-phase out mulai akhir tahun 1989, sebagian dari guru-guru SPG yang tidak diintegrasikan ke lingkungan LPTK sebagai dosen Program D-II PGSD, juga ditempatkan sebagai guru pembimbing, umumnya di SMA.

    Di awal tahun 1960, muncul tenaga konselor di SD, yang kemudian  pada tahun 1975, berdasarkan hukum publik 94-145, Pemerintah Amerika,menyediakan dana khusus untuk melayani anak-anak penyandang cacat,sehingga banyak daerah yang memasukkan tenaga Konselor di sekolah-sekolah terutama tingkat dasar dan menengah.Pengaruh kuat lainnya datang dari organisasi profesi, yaitu: Asosiasi Konseling Amerika (ACA),Asosiasi Konselor Sekolah Amerika (ASCA), dan Asosiasi Pendidikan Konselordan Supervisi (ACES) (Wittmer, 1993). Para anggota organisasi ini berupaya menggerakkan para profesional untuk mengembangkan aturan-aturan seperti program akreditasi dan sertifikasi. Sehingga secara berangsur-angsur konseling sekolah menjadi lebih profesional, dan utuh baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

     Dengan diberlakukannya Kurikulum 1994, mulailah ada ruang gerak bagi layanan ahli bimbingan dan konseling dalam sistem persekolahan di Indonesia, sebab salah satu ketentuannya adalah mewajibkan tiap sekolah untuk menyediakan 1 (satu) orang konselor untuk setiap 150 (seratus lima puluh) peserta didik, meskipun hanya terealisasi pada jenjang pendidikan menengah.

    Sejumlah hal dilakukan sebagai konsolidasi profesi sedhingga Bimbingan dan konseling menjadi profesi yang utuh dan berwibawa antara lain kata penyuluhan menjadi konseling, BK di sekolah hanya dilakukan oleh guru Pembimbing, dan lain sebagainya.   Pada tahun 2001 dalam kongres di Lampung Ikatan Pertugas Bimbingan Indonesia (IPBI) berganti nama menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN).

C.    Landasan  Pelaksanaan Bimbingan Konseling

Dalam perjalanan dan perkembangan di Indinesia Bimbingan dan konseling dilaksanakan berdasarkan aturan yang mengarah kepada pertumbuhan BK menjadi suatu profesi yang sejajar dengan profesi lainya. Kendatipun dalam pelaksanaannya  mengalami pasang surut, namun legalitas BK terus di perjuangkan terutama dalam seting pendidikan. Secara juridis dalam sejara perkembangan bimbingan konseling di lakukan antara lain berdasarkan;

1.      Ketetapan MPRS Tahun 1966 tentang Dasar Pendidikan Nasional

2.      SK Menpan No. 026/ Menpan /1989. Yang merupakan angin segar bagi pelaksanaan BK

3.      SK Menpan 1993 tentang jabatan fungsional guru dan angka kredit yang menyangkut aturan bimbingan dan konseling di Indonesia

4.      Sk Mendikbud No. 025/1995 tentang petunjuk jabatan fungsional guru dan anka kredit secara substansial menyangkut bimbingan konseling. 

D.    Urgensi BK Di sekolah

    Upaya pengembangan manusia tidak lain adalah upaya mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu dalam seluruh dimensi kemanusiaanya agar dirinya menjadi manusia yang seimbang antara kehidupan individu dan sosialnya.

     Bimbingan Konseling kerap kali kita dengar di dunia pendidikan, seperti di SMP/sederajat dan SMA/sederajat. Ketika seorang siswa mendengar kata Bimbingan Konseling (BK), maka hal pertama yang muncul di benak mereka adalah masalah, sanksi, hukuman, dan sebagainya. Dengan kata lain, Bimbingan Konseling terkesan menakutkan, bahkan sangat dibenci oleh banyak peserta didik. Hal itu disebabkan karena peristiwa-peristiwa berupa hukuman yang pernah mereka alami di masa sekolah, atau disebabkan karena ketidaktahuan mereka terhadap fungsi BK yang sebenarnya sehingga mereka mengasumsikan Bimbingan Konseling (BK) dengan suatu hal kurang baik, seperti tempat hukuman, sanksi, dan lain-lain.

    Proses yang harus terjadi di lembaga pendidikan tentu tidak hanya pengajaran ilmu pengetahuan (transfer knowledge), akan tetapi perbaikan akhlak juga salah satu hal penting yang harus beriringan dengan meningkatnya pengetahuan peserta didik. Moral yang baik menjadi salah satu pembeda antara orang pintar dengan orang terdidik. Mencetak orang pintar itu mudah, tapi mencetak orang terdidik itu sulit.

      Bimbingan Konseling (BK) adalah salah satu sarana lembaga pendidikan yang berperan untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan nasihat-nasihat terhadap peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah atau dalam menemukan potensi dirinya.

       Bimbingan Konseling kerap kali kita dengar di dunia pendidikan, seperti di SMP/sederajat dan SMA/sederajat. Ketika seorang siswa mendengar kata Bimbingan Konseling (BK), maka hal pertama yang muncul di benak mereka adalah masalah, sanksi, hukuman, dan sebagainya. Dengan kata lain, Bimbingan Konseling terkesan menakutkan, bahkan sangat dibenci oleh banyak peserta didik. Hal itu disebabkan karena peristiwa-peristiwa berupa hukuman yang pernah mereka alami di masa sekolah, atau disebabkan karena ketidaktahuan mereka terhadap fungsi BK yang sebenarnya sehingga mereka mengasumsikan Bimbingan Konseling (BK) dengan suatu hal kurang baik, seperti tempat hukuman, sanksi, dan lain-lain.

      Proses yang harus terjadi di lembaga pendidikan tentu tidak hanya pengajaran ilmu pengetahuan (transfer knowledge), akan tetapi perbaikan akhlak juga salah satu hal penting yang harus beriringan dengan meningkatnya pengetahuan peserta didik. Moral yang baik menjadi salah satu pembeda antara orang pintar dengan orang terdidik. Mencetak orang pintar itu mudah, tapi mencetak orang terdidik itu sulit.  Bimbingan Konseling (BK) adalah salah satu sarana lembaga pendidikan yang berperan untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan nasihat-nasihat terhadap peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah atau dalam menemukan potensi dirinya.

   Dari definisi yang telah diuraikan di atas maka dapat kita ketahui bahwa Bimbinga Konseling memiliki beberapa peran, yaitu:

1.      Bagi Sekolah

a)      Bimbingan Konseling (BK) sebagai salah satu wujud kelengkapan sekolah itu sendiri sebagaimana lembaga pendidikan pada umumnya.

b)      BK sebagai sarana yang membantu sekolah dalam mengklasifikasi data siswa dari segi moral, minat dan bakat.

2.      Bagi siswa

a)      BK membantu peserta didik dalam menemukan potensi dirinya (bakat dan minat).

b)      Memberikan arahan-arahan kepada peserta didik, yang nantinya tertuju pada perbaikan moral.

c)      Memberikan ruang terhadap peserta didik untuk mengkonsultasikan segala sesuatu yang menjadi problematika, di bidang akademik maupun non-akademik.

d)     Menerima segala keluh kesah peserta didik, dengan kata lain BK sebagai orang tua peserta didik ketika di sekolah.

     Dari beberapa peran di atas mengindikasikan bahwa Bimbingan Konseling merupakan komponen yang harus ada dalam lembaga pendidikan. Karena melihat peserta didik yang di suatu waktu mengharuskan adanya arahan, bimbingan, dan di waktu lain mengharuskan adanya teguran, sanksi, dan lain sebagainya.


BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :

1.      Bimbingan dan konseling adalah proses hubungan tatap muka yang dilakukan oleh seorang konselor dengan klien yang bersifat rahasia guna untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh seorang klien atau konseli. Dengan demikian, bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang konselor kepada anak didik agar dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertindak dengan baik sesuai dengan perkembangan jiwanya

2.      Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 &; 24 Agustus 1960.

3.      Peran guru kelas dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat penting sekali, seorang guru mempunyai peran yang sentral dalam dalam memberi layanan bimbingan konseling bimbingan dan konseling. Peran tersebut mencakupi peran sebagai informator, organisator, motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator. Peran tersebut tidak dapat berjalan sendiri-sendiri namun merupakan sebuah sistem yang saling melengkapi didalam bimbingan dan konseling di sekolah.


[1] Maliki, M.Pd.I, Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar, (Jakarta: kencana; 2016), hal.3

DAFTAR PUSTAKA

 

Maliki, M.Pd.I, Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar, (Jakarta: kencana; 2016), hal.3

https://ruangguruku.com/-bimbingan-dan-konseling/



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH BK- PRINSIP DAN ASAS BIMBINGAN KONSELING

MAKALAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN